Jumat, 13 November 2020

:: Penyesalan Sang Suami Kepada Istri (setelah istri meninggal dunia) ::


Nina dan Herman adalah sepasang suami istri yang telah menjalani hubungan pacaran 10 tahun lamanya. Akhirnya mereka menikah dan menjalani bahtera rumah tangga sebagaimana orang lainnya. Di tahun pertama, kedua dan ketiga, kisah cinta ini begitu manis. Apalagi keduanya dikaruniai seorang putra bernama Lilo.

Tahun keempat rumah tangga Nina dan Herman mulai terasa agak berat. Mengasuh anak menjadi hal yang harus mereka pelajari bersama. Namun berbekal dukungan orang tua dan rasa cinta mereka, apapun selalu ada solusinya dan mereka bisa melewati masa sulit tersebut.

Beberapa tahun berlalu hingga Lilo sudah menginjak kelas empat SD. Mengasuh satu anak hingga sebesar ini rupanya membuat Herman ingin memiliki anak lagi. Namun Nina agak menolak, dengan alasan masih ingin mengecek ke dokter perihal kondisinya.

Namun kondisi ini beberapa kali terjadi hingga setengah tahun lamanya. Membuat Herman sedikit berpaling dari Nina. Apalagi di kantor, ada seorang sekretaris baru yang membuat Herman merasa nyaman bernama Jenny. Sedikit demi sedikit Jenny mulai menguasai pikiran dan hidup Herman. Membuatnya jarang pulang tepat waktu dan membuat Nina heran.

“Kok sering pulang telat, Mas?” tanya Nina.

“Lembur..” Herman menjawab pendek sambil mengganti pakaiannya. Ia sebenarnya masih mencintai Nina, namun di sisi lain ia makin dekat dengan Jenny. Ia merasa hubungannya dengan Nina hambar serta membosankan akhir-akhir ini. Kali ini bukan karena Nina menolak punya anak lagi, namun kesibukan Nina dan Herman membuat pria ini merasa jarak mereka makin jauh dan Nina seolah tak melihat hal itu sama sekali.

Kehidupan pernikahan Nina dan Herman makin menjemukan. Nina makin bekerja keras dalam karirnya sehingga fokusnya seringkali hanya pada anak dan karir. Nina memang lebih pendiam setelah Lilo masuk sekolah, tapi Herman pikir mungkin hal ini disebabkan oleh keperluan anak mereka yang makin banyak. Sesekali hubungan Nina dan Herman menegang oleh pertengkaran-pertengkaran kecil. Herman sering pulang malam dan Nina mulai curiga dengan apa yang dilakukan Herman di luar rumah.

“Aku kerja. Aku kan juga nggak pernah protes ketika kamu pulang malam, Nina,” kata Herman dengan nada tinggi.

“Kamu berubah, Mas. Kerja juga nggak mungkin pulang malam terus kan?” Nina membalas.

Herman mendengus sebal dan menyahut, “Kamu tanya saja sendiri pada dirimu, kenapa aku jadi nggak betah. Kamu terlalu sibuk dengan karirmu, aku juga bisa kalau begini caranya.” Ia sebenarnya sakit mengucapkan hal ini pada Nina. Namun emosinya sudah lama tertahan dan kali ini ia merasa muak pada omelan istrinya.

Jenny juga mulai berani mempengaruhi Herman untuk menceraikan istrinya. Awalnya Herman ragu, namun makin sering ia dan Nina bertengkar di belakang anaknya. Hal ini mulai membuat Herman merasa tidak nyaman. Ia pun mulai menyampaikan keinginannya untuk bercerai. Tentu saja hal ini membuat Nina hancur setengah mati. Ia menolak perceraian itu karena tidak ingin Lilo merasakan keluarga yang retak.

Namun Herman makin menghancurkan hatinya karena menyodorkan surat pengajuan cerai beberapa hari setelah ia menyampaikan keinginannya itu. Semalaman Nina memandangi surat cerai terhampar di meja kerjanya, sementara Herman tidur dengan tidak nyenyak di ranjangnya. Keesokan paginya, Nina menyerahkan surat itu pada Herman dengan mata sembab karena sesekali menangis dan belum tidur semalaman.

“Aku akan menandatanganinya setelah 30 hari. Dalam 30 hari itu, aku ingin Mas selalu menggendong aku dari ranjang ke meja makan untuk sarapan setiap pagi. Juga dari ruang keluarga ke kamar tidur setiap malam,” ujar Nina dengan suara setengah serak seperti orang yang semalaman belum tidur.

Herman agak aneh dengan permintaan istrinya, namun ia tetap menyanggupi permintaan itu. Ia pikir istrinya hanya ingin mengulur waktu cerai dan membuat Herman kembali. Mendengar cerita itu, Jenny sedikit menertawai ulah Nina. “Ada-ada saja. Setelah kondisi seperti ini, baru istrimu merajuk untuk bisa kembali.”

Begitulah, sesuai janjinya, Herman selalu menggendong Nina setiap pagi dan malam. Ia bisa merasakan Nina lebih bersandar padanya, namun di sisi lain Herman berpikir bahwa Nina mungkin juga sedang menikmati momen-momen akhir bersamanya. Sebentar lagi Herman tetap akan menceraikannya dan membawa Jenny dalam kehidupan barunya.

Pemandangan romantis antara Nina dan Herman membuat Lilo kadang bersorak pada kedua orang tuanya itu. “Wah, papa mama romantis banget,” ujarnya girang. Hal ini membuat Herman sedikit berbesar hati., namun ia meneguhkan dirinya agar tak mudah ternakan suasana Sementara Nina hanya tersenyum penuh makna sambil bergelayut di leher suaminya ketika digendong.

Diam-diam, Herman merasa istrinya makin kurus dari hari ke hari. Setiap gendongannya terasa makin ringan. Herman memandangi wajah istrinya sesekali ketika menggendongnya sembari mengecup keningnya. Nina nampak lelah belakangan ini, kantung matanya sering kelihatan membesar dan ia sering menyandarkan kepalanya ke dada Herman. Hal ini membuat Herman mulai ragu dengan keputusannya bercerai, ada kehangatan merasuk di dadanya setiap kali menggendong Nina.

Tanpa terasa, Herman mulai merasakan cinta kembali bersemi pada hubungannya dengan Nina. Ia merasa istrinya makin cantik dari hari ke hari, hingga hari-hari penandatanganan surat ceri itu makin dekat. Saat Herman hendak menggendong Nina di pagi hari ke 31, Nina menahan tangan Herman.

“Kan hari ini sudah lewat. Kamu nggak perlu gendong aku lagi, Mas.” Herman tersenyum saja dan membawa Nina ke meja makan. Ia menyajikan sarapan lalu mengecup kening Nina, “Sarapan aja, Nina. Selamat pagi.” Begitulah Nina dan Herman menghabiskan sarapan mereka dengan lebih hangat dan mesra. Namun di akhir sesi sarapan, Nina memberikan surat cerai yang sudah ditandatangani dan dibungkus amplop.

“Ini, Mas. Terima kasih selama ini sudah mencintaiku,” ujarnya sambil menitikkan air mata. Herman terpana, namun surat itu diterimanya lalu sebelum berangkat ke kantor, Herman memeluk Nina.

Di kantor, Herman mengatakan pada Jenny bahwa ia mengurungkan niatnya bercerai. Tentu saja wanita itu begitu kesal dan menampar herman keras-keras. Herman tahu dengan konsekwensi ini, ia siap menerimanya karena sejauh ini ia dan Jenny belum sampai berhubungan badan. Ia bersyukur masih bisa mengendalikan dirinya selama ini dari berzina.

Sekarang yang ada di benaknya adalah Nina. Ia masih ingat dengan bulir air mata Nina yang hangat jatuh di tangannya tadi pagi. Herman merasakan cinta itu dan tak sabar ingin segera pulang. Ia bahkan menyempatkan diri membeli buket bunga paling indah kesukaan Nina dan bergegas pulang sore itu.

Sesampainya di rumah, Herman memanggil-manggil nama istrinya. Namun ia tak juga mendengar jawaban. Hingga ia melihat Nina di kamarnya, tidur dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya tadi pagi. Namun saat Herman mendekatinya, Nina sudah tidak bernyawa lagi. Herman tidak percaya, bagaimana mungkin Nina bisa meninggal? Ia menggoncang-goncang tubuh dan wajah Nina sambil memanggil namanya.

Kepergian Nina menjadi penyesalan yang tak terperi bagi Herman. Rupanya selama ini Nina mengidap penyakit parah yang tak sempat disampaikannya pada Herman. Di kala istrinya itu tengah memikirkan sendirian dan berjuang melawan penyakitnya, Herman malah sibuk dengan rencana perceraian mereka. Nina dimakamkan keesokan harinya, diiringi rasa sedih dan duka dari Herman dan putra mereka, Lilo.

Sabtu, 07 November 2020

Tak Apa Jika Kita Merasa Tidak Baik-Baik Saja. Karena Hidup Tak Melulu Soal Tawa, tapi Juga Ada Kecewa dan Luka

Pagi ini aku terbangun dengan mengucap rasa syukur. Atas semua kasih sayang, atas kesempatan untuk bisa membuka mata dan menikmati indahnya dunia. Meski terkadang hidup begitu menyebalkan, meski terkadang ingin menyerah karena keadaan, ternyata Tuhan masih memberiku kekuatan untuk melewatinya. Tuhan masih menguatkan bahuku untuk tetap tegak meski hatiku kerap patah dan terluka. Tak mudah, sungguh tak mudah. Tapi jika aku sekarang masih ada di sini, itu artinya aku mampu melewati segala uji

Kamis, 05 November 2020

Jangan Biarkan Istrimu Terlalu Mandiri

“Istrimu kemana Nak?”

“Ke pasar Bu.”

Sendirian?

“Iya Bu.”

"Lha kamunya tiduran di rumah kok istrimu gak kamu antarin toh Nak."

“Sudah biasa pergi sendiri kok Bu.”

“Wanita emang begitu Nak. Dia pasti tidak merepotkan suami. Punya istri mandiri itu enak Nak, tapi jadi pasangan jangan terlalu terlena kalau punya istri mandiri. Bahaya Nak, kalau wanita terlalu mandiri ”.

“Bahaya bagaimana Bu?”

“Yaiya kalau apa-apa sudah bisa sendiri, apa gunanya kamu Nak? Bisa-bisa datang nanti kamu, jadi ada gak ada sama saja. Apa mau kamu begitu? ”

“Ya nggak lah bu….”

“Aku lihat jualan online istri kamu juga makin rame!”

“Iya Bu.”

“Berarti kamu harus semakin berperan dengan tanggung jawabmu Nak. Istrimu sudah membantumu mencari nafkah, kamu juga harus bantu-bantu dia ya! ”

Bayu mengangguk senyum.

“Ohya, kamu sering temuin wanita-wanita di luaran sana yang garang, galak dan emosinya meledak-ledak gak?”

Sering Bu.

Kamu tau kenapa?

Bayu menggeleng.

“Itu karena sudah luntur fitrah kemanjaannya,”

“Terlalu banyak beban di pundak dan pikirannya,”

“Dia merasa sangat sangat capek dengan aktivitasnya,”

“Kalau istrimu sedang manja dan minta tolong sama kamu, padahal kamu tahu dia bisa melakukannya sendiri, selagi kamu bisa, tolong dia!”

“Buat istrimu tetap tergantung sama kamu! Jangan biarkan apa-apa sendiri. Apalagi kemaren Ibu juga lihat dia pasang sendiri lampu ruang tengah yang mati. ”

Bayu anak yang patuh dengan Ibunya. Mendengar petuah panjang Ibunya, dia tak banyak membantahnya ”.

“Kunci rumah tangga bahagian itu harus ada rasa saling Nak, selain saling cinta juga saling membutuhkan satu sama lain. Jadi sebisa mungkin, bagaimana caranya tetap buat istrimu yang membutuhkanmu, jangan sampai itu memudar meskipun dia istri yang mandiri. Kalau kamu mampu lakukan itu, tak ada alasan untuk tidak menganggapmu dan tidak menghormatimu. ”

“Lain kali kalau kamu di rumah, jangan lupa antarin istrimu ya!”

Rabu, 04 November 2020

Yang Pasti Berjodoh Denganku Adalah Kematian

Menunggu...

Jika Ini Tulisan Terakhirku

Anggap saja ini tulisan terakhirku. entah benar atau tidak. hanya sepenggal takdir yang mampu menuliskannya. ketika mataku terbuka dan aku menyadari bahwa kegiatan bernafas masih menjadi aktivitas pertamaku untuk melanjutkan hidup meskipun hanya untuk sekian detik lagi.
oh aku masih hidup? itu rahmat, itu hadiah dari Tuhan.
tapi aku selalu berpikir, jika saja hari ini. ketika untaian kata tertulis dalam nada nada ketakutan. ini adalah rasa takutku yang terakhir. karena esok tak ada lagi rasa takut. semua tenggelam bersama rasa sakit .saat nyawa ini menembus batas dua dunia. hidup dan mati. hidupku tak lepas dari prasangka untuk menghadapi kematian. ya.. pikirku tiap harinya adalah kematian bagiku. setiap hari pikiranku dihantui oleh perasaan untuk mati. ya menunggu kematian !
jika saja ini memang tulisan terakhirku. aku bersyukur masih diberi kesempatan berbagi duniaku dalam rangkaian kata yang lahir dari perasaan takut . aku hanya ingin berbicara kepada semua orang. saat mereka sedang asyik menikmati dunia yang baik atau dunia yang kebetulan hanya berpura-pura baik.
setidaknya aku akan bahagia saat sebelum kematian itu tiba aku sempat mengatakan ini kepada dunia. dunia yang dihuni oleh jutaan manusia yang sejatinya memiliki tujuan yang sama. MATI! itulah puncak dimana tujuan mereka akan berlabuh.
anggap saja ini tulisan terakhirku sebelum nanti kalian tahu aku tidak lagi bisa memandang kalian dengan tatapan haru. tidak lagi bisa tertawa bersama menghabiskan asa. tidak lagi sanggup bangun mewujudkan mimpi yang belum sempat kita nikmati. mungkin esok adalah akhir. akhir perjuanganku memanfaatkan nafas yang Tuhan beri. anggap saja esok adalah kematianku. akhir dari kata yang selalu aku rangkai. dalam balutan malam yang beku dan sepi.karena esok, aku sudah bisu dan terdiam. hanya tulisan ini yang bicara. itulah mengapa aku sering menyebut bahwa diam adalah caraku berbicara. karena suatu saat nanti aku akan terdiam untuk selamanya. dan tulisanku akan berbicara. ya cuma itu impianku. masih tetap hidup saat dunia sudah mengakui kematianku. sudah tak menganggapku penghuni makhluk di dunia. hadirku sudah semu, tak lagi tampak nyata dan ada.
dan terakhir ..jika memang benar ini sungguh menjadi tulisan terakhirku. terima kasihku kepada kalian mengalir di setiap doa yang nanti akan mengantar kepergianku. doa kalian mengalir bersama rasa terima kasihku. aku tahu, kalian adalah manusia manusia yang patut mendapat ucapan terima kasihku. meski tak kalian dengar, kalian pasti tahu. saat aku dipanggil oleh Tuhan, jarak antara aku dan Dia semakin dekat. aku bisa minta tolong kepadaNya untuk menyampaikan terima kasihku kepada kalian. entah dengan cara apa Tuhan menyampaikannya.
terima kasih ibu, jujur aku kesulitan merangkai kata untukmu. karena pikirku kata kata seindah apapun tak mampu menandingi cinta dan pengorbananmu. terima kasih untuk nafas yang kau hadirkan untukku. nafas untuk selalu mendoakanku dalam setiap sujudmu.
terima kasih ayah, meski singkatnya waktumu menemani hidupku. aku tahu, ayah selalu dekat dengan Tuhan, lalu meminta Tuhan untuk selalu mengasihiku.
terima kasih semua saudaraku. yang menjadikan pertalian ini sebagai lambang kehidupan yang terkadang tampak begitu rumit. kita setiap hari telah belajar menyatukan pribadi yang berbeda menjadi sebuah kata yang berarti erat yaitu "keluarga". aku beryukur memiliki mereka.
terima kasih untuk sahabatku dan siapa saja yang menganggap aku adalah sahabat kalian. aku tahu kalian memiliki kehidupan sendiri. yang terkadang sulit untuk bisa berbagi bersamaku. aku menyadari. kini aku belajar menghargai arti kalian. yang bukan hanya sahabat yang dekat. tapi sahabat yang baik. tak ada yang abadi memang, tapi aku tak pernah berharap persahabatn kita berakhir hanya karena kematian. bagaimanapun kalian, aku berterima kasih memiliki kalian.

mungkin ini saja sudah cukup mewakili perpisahan terakhir jika seandainya besok aku tak bangun untuk membuka mata lagi. inilah akhir dari segala kehidupan.jika memang aku mati, tolong jangan pernah menganggapku mati. aku bisa sedih nanti.........

Maafkan kesalahanku..
Doakan aku..
Jaga dan sayangi anak2ku...
Ajarkan kebaikan dan ibadah pada anak2ku..

Senin, 02 November 2020

Do'a

"Ketahuilah, ketika lisanmu digerakkan untuk meminta (berdoa), berarti Dia akan memberimu," demikian Ibnu Atha’ilah mengatakan.

Maka, bergembiralah saudaraku, apabila lidah kita tidak lagi kelu dan malu untuk berdoa. Percayalah, tidak setiap orang mudah meminta kepada-Nya, karena mereka terlalu mudah mengeluh kepada selain-Nya. 

Berdoa berarti mendekati aliran rahmat dan karunia-Nya. Maka, berdoalah di mana pun kita berada. Sebab, setiap doa akan mendekatkan si penerima dengan Zat yang Maha pemberi.


. قدر الله وما شاء فعل.

Ya Allah..
Rahmati aku mata yg melihat sisi terbaik seseorang.
Hati yg memaafkan kesalahan.
Fikiran yg dapat melupakan hal buruk.
Dan jiwa yg tidak kehilangan iman..

قدر الله وما شاء فعل.
Takdir Allah, apa yang Dia inginkan, maka Dia lakukan 

Jagakan Hatiku Ya Allah


Hati tidak pernah berulah..

Ia akan merespon dengan kondisi yang ada. Sampai akhirnya logika  menyadari dan mengoreksinya

"apakah ini baik untukku?"..

Bahasa hati, bisa jadi adalah jawaban atas kegelisahan

Hamdalah ketika terasa baik dan melegakan
Istighfar pada sedih dan buruk yang dirasakan

Jadikan hidup diantara Syukur dan Istighfar,
Karena Allah sebaik-baik sandaran

---
“Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.”
(Umar bin Khattab ra.)

Kamis, 29 Oktober 2020

Ketika Aku Memilihmu

Ketika aku memilihmu...
Bukan karena kau adalah orang yang paling lama mengenalku. Bukan orang yang telah lama disampingku, atau teman bermainku selama ini. 

Ketika aku memilihmu.. 
Aku berjanji..ini bukan hanya soal cinta, tapi tentang penerimaan ku akan takdirNya.
Karena bersamamulah inginku sempurnakan ibadahku.

Aku bukanlah perempuan yang serba bisa, bukan perempuan yang selalu pengertian,
Aku bahkan pencemburu, kadang sering kesal dengan sikapmu.

Aku bukanlah perempuan terbaik, aku bukan perempuan yang shalehah, aku bukan seorang yang selalu penurut, aku bukan pengendali emosi yang baik, aku bukan perempuan yang kuat, mandiri, apalagi cantik.

Aku bukanlah perempuan yang ahli ibadah yang selalu bisa menjaga shalat di awal waktu, aku bukanlah penghafal Qur’an yang akan senantiasa memiliki hati yang mulia.

Aku bukanlah perempuan hebat, aku bukan perempuan yang lembut, aku tak ingin kau duakan, aku juga bukan koki yang hebat yang akan selalu bisa meramu semua resep kesukaanmu. 
Aku perempuan yang punya banyak kekurangan,

Aku akan belajar menghormatimu, memuliakanmu, memaafkan kesalahanmu, aku perempuan yang menunggu penjelasan jika harus menunggumu pulang lebih lama, aku masih sering menangis, aku masih suka mengeluh, aku masih berharap perhatian mu, Aku masih menunggu. 
Menunggu keputusanmu. 

Ketika aku memilihmu..
Aku bahkan belum tau bagaimana dirimu. Karena keyakinanku.. aku memilihmu. 
Berharap engkaulah yang akan berjuang bersamaku, engkaulah yang bersedia menerima segala kekuranganku.

Ketika aku memilihmu..
Aku ingin kau bersedia mendengar seluruh ceritaku. Bahkan untuk cerita yang tidak penting sekalipun, aku ingin kau bersedia aku repotkan, aku ingin kau bersedia membagi waktu pribadimu untukku, aku ingin kau bersedia menanyakan keadaanku disaat sibukmu, aku ingin kau bersedia, selalu menyebutku di dalam doa-doa kebaikanmu di dalam shalatmu, aku ingin kau yang selalu percaya aku, memahami, mengerti dan bersedia bercerita, membagi hidupmu denganku. 

Ketika aku memilihmu..
Aku ingin kau tau, kalau kau berarti dan berharga bagiku.

Aku ingin mendengar cerita-ceritamu, aku akan menjadi pendengar yang baik, aku bersedia membagi waktuku, menyingkirkan lelahku, berjalan beriringan denganmu. 
Memulai semuanya.. 
Aku tidak menuntut untuk kau sediakan kemewahan, romantisme, semua yang serba ada, tapi aku hanya ingin..kau selalu bersamaku. 
Kita berjuang bersama. 
Aku akan menemani perjuanganmu. 

Jangan janjikan bahwa kau akan membahagiakanku. Karena bagiku, bersamamu aku akan selalu bahagia.

Ketika aku memilihmu..
Aku tau, kita bukanlah pasangan yang tidak akan pernah saling marah, tidak akan pernah saling bertengkar, kita bahkan akan menjadi tidak sabaran. 
Tapi jika kita marah, bertengkar, ingatlah..kalau kita adalah yang saling sayang dan tak inginkan adanya kesalahfahaman  apalagi kemarahan 

Janganlah pernah berniat pergi atau membagi cintamu dengan perempuan selainku.
karena aku tak kan pernah relakan itu. 

Ketika aku memilihmu
Ku yakin kau tak biarkan aku kehilangan hidupku.
Rapuhku akan menjadikan ratusan tahun masa depanku menjadi pilu

Jika kau tidak suka dengan sikapku, ajarkan aku. 
Jika aku salah.. tegur dan nasehati aku, 
jangan kau tinggalkan aku dalam kebingungan. 
 
Ketika aku memilihmu..
Tak kusisakan ruang untuk berangan pada pribadi selainmu
Kau..alasanku untuk selalu bisa melengkungkan senyum 
Menghidupkan hidupku
Takkan ada yang mampu menjadi pembandingmu

Ketika aku memilihmu..
Aku tau, kita bukanlah pasangan yang sempurna, kau dengan kekuranganmu, dan aku juga dengan kekuranganku. 
Tapi jadilah kita bersama untuk melengkapi dan menyempurnakan ibadah kita.
Berjanjilah padaNya bukan hanya padaku.

Ketika Masa Menunggu..

Karena aku akan jadi tempatmu pulang. 
Sejauh apapun kau melangkah,
Ingatlah hati yang menunggumu
Hati tempatmu pulang..
Hati yang karenaNya telah memilihmu..
Aku


#
Untukmu imamku
💕

Jika nanti aku tiada

Jika suatu saat nanti aku telah tiada, Entah kapanpun itu ! Ku harap hidupku sudah dalam keadaan lebih baik. Aku tak mau meningg...